Betapa
bangganya hati Renata dan juga Aldi suaminya, saat mereka menempati sebuah
Apartement baru di tengah
Kota. Setelah menunggu selama hampir satu tahun, akhirnya Apartement yang
mereka beli itu selesai dibangun. Alasan Renata dan juga Aldi, lebih memilih Apartement di
bandingkan kompleks perumahan biasa itu, semata
karena lokasi tempat kerja
mereka berdua dekat dengan lokasi Apartement itu. Sehingga Renata dan Aldi bisa
pulang menengok anak mereka, Rosa, dÃsela-sela waktu kerja mereka. Meski Rosa
telah di jaga oleh seorang pengasuh yang ikut dengan mereka, sejak Rosa berusia
4 Bulan.
Setelah sebulan
menempati Apartement itu mereka semakin akrab dengan penghuni-penghuni lain
yang berada dalam satu lantai. Dan sepertinya Rosa pun kerasan, karena
fasilitas yang ada di dalam Apartement ini cukup lengkap. Selain taman, kolam
renang, fasilitas olah raga dan juga sekolah. Apartement itu dekat pusat perbelanjaan atau Mall, sehingga suasanya senantiasanya terlihat
ramai.
Suatu malam,
saat Renata kebetulan pulang agak larut dan suasana Apartement itu mulai sepi.
Ketika Renata hendak masuk kedalam Lift, yang di khususkan untuk para penghuni.
Renata dikejutkan oleh seorang perempuan yang sudah ada di dalam Lift tersebut.
Renata sempat mengurungkan niatnya saat melihat perempuan itu.Tapi saat ia
merasa bahwa perempuan itu pernah ia lihat sebelumnya. Renata pun masuk kedalam
Lift.
Memang ada hal
yang sedikit aneh dari penampilan perempuan itu, berbeda dari saat pertama
Renata pernah melihatnya. Rambutnya yang panjang itu, sedikit acak-acakan dan tidak terawat. Dia berdiri di sudut ruang Lift
sebelah kiri, merapatkan tubuhnya sambil menggigit jari-jari kukunya. Matanya
sembab, seperti habis menangis dan dari posisinya yang merapatkan tubuh, seolah
ia tengah didera ketakutan yang amat sangat.
Mereka hening
berdua di dalam Lift itu. Renata sesekali menoleh kearahnya, sedikit
takut juga dirasa Renata. Tapi semua itu tidak berlangsung lama, karena
akhirnya Lift berhenti di lantai 13, lantai tempat ia tinggal bersama suami dan
anaknya. Renata menghela nafas lega. Tapi saat ia hendak melangkahkan kaki..
“Jangan turun
disini!..Masuk kedalam! Cepat!” teriak perempuan itu sambil menarik tangannya, dan hampir membuat Renata terjatuh kebelakang. Betapa terkejut Renata mendapati perlakuan yang
tiba-tiba seperti itu. Perempuan itu langsung berdiri di depan pintu Lift,
melongokan kepalanya dengan ekpresi muka yang ketakutan.
“Apa-apaan
sih, Bu?!” seru Renata marah. Dan Renata pun kembali melangkahkan kaki keluar
dari Lift tersebut. Namun tangan perempuan itu mencegahnya, menahan gerak tubuh
Renata.
“Jangan keluar
dari Lift ini..” bisik perempuan itu sekarang. Lalu kembali melongok keluar
Lift, melihat keadaan sekeliling koridor. “Kamu harus cepat pindah dari sini.
Selamatkan anakmu, cepat”
Renata makin
marah mendapati sikap perempuan itu, mendorong perempuan itu kebelakang. Lalu
melangkah cepat menjauh dari LIft. “Selamatkan anakmu! Cepat pindah dari tempat
ini! cepat!” teriak perempuan itu lagi. Renata melangkahkan kakinya bergegas karena takut
dan juga marah atas apa yang dialaminya tadi.”Selamatkan anakmuuu..!” teriakan
perempuan itu kembali terdengar. Renata menoleh kebelakang. Dia masih bisa
melihat kepala perempuan itu, yang melongok keluar dari Lift memperhatikan
dirinya. Lalu menghilang seiring pintu Lift yang tertutup.
Aneh! Tetangga
Renata tidak ada satupun yang
keluar, meskipun teriakan perempuan itu cukup keras. Mungkin mereka semua telah
terlelap tidur atau mungkin juga menganggap kegaduhan seperti itu sudah biasa.
Renata tidak memperdulikan hal itu. Di terus melangkahkan kakinya dengan
tergesa.
Dari kejauhan
ia melihat pintu Apartementnya terbuka, lalu keluarlah dari pintu itu seorang
bocah kecil yang manis dengan rambut yang dikepang kuda. Renata tersenyum.
Bocah itu segera melihat dirinya yang berjalan menghampiri, “Mama!...” Rosa
berlari menuju ke arah Renata, saat menyadari bahwa perempuan yang sedang
berjalan itu adalah Mamanya.
“Kok Rosa belum tidur sih, Mbak?” tanya Renata di depan pintu kepada Siti; pengasuh Rosa. Sementara Rosa sudah berada dalam pangkuannya,
meronta-ronta minta turun.
“Maaf, Bu..
Rosa belum mau tidur. Dari tadi nangis minta keluar, pengen ketemu sama Ibu,
“jawab Siti sambil tertunduk, takut dimarahi oleh majikannya.
“Ya udah, gak
apa-apa. Bapak belum pulang juga?” tanya Renata lagi, sambil menurunkan Rosa
dari pangkuannya.
“Belum, Bu”
Renata melihat
Arloji yang dia kenakan, jam 20:35. Aldi memang sempat mengabarkan kepadanya
bahwa kemungkinan ia tiba kerumah sekitar pukul 21:00. “Berarti sebentar lagi
sampai,” ucap Renata dalam hati. Bersamaan dengan itu, pegangan tangan Rosa
terlepas darinya. Dan Rosa langsung lari sambil tertawa menyusuri koridor
Apartement itu.
“Rossaaaa!… Awas nanti kamu jatuh, sayang.” teriak Renata. Tapi teriakan itu tidak di
gubris Rosa, ia terus berlari sambil tertawa, seolah meminta Mamanya untuk
mengejar. Renata tertawa melihat tingkah Rosa. Tapi tiba-tiba, sebuah pintu
Apartement terbuka, tepat pada saat Rosa berada di depan pintu itu. Rosa sempat terkejut dan berhenti berlari, mendapati pintu yang terbuka itu. Dan dari kejauhan, Renata dan Siti melihat ada satu tangan besar yang tiba-tiba keluar dan kemudian menarik dengan cepat tubuh Rosa,
masuk kedalam Apartement itu. Lalu menutup pintu itu dengan keras.
Renata
terkejut melihat hal itu. Sejenak ia terkesiap, tak menyadari apa yang terjadi,
demikian pula dengan Siti.
“Rosaaaaaa!!!......”
Renata seketika berteriak dan berlari menuju pintu Apartemen setelah menyadari
apa yang terjadi.
“Neng
Rosaaaa!!..” Siti pun menjerit menyebut nama Rosa, dan ikut berlari bersama
majikannya. Mereka berdua seketika panik! Di depan pintu Apartement itu mereka
berteriak-teriak memanggil Rosa, sambil tangan mereka tak berhenti
menggedor-gedor pintu itu dengan keras. Para tetangga yang lain keluar karena mendengar suara gaduh
mereka. Lalu
menghampiri mereka berdua.
Mereka
bertanya tentang apa yang terjadi, dan setelah mengetahuinya, mereka
beramai-ramai membantu Renata dan Siti untuk membuka pintu kamar Apartement
itu. Dan sebagian yang lain memanggil Pengurus gedung
dan juga Security yang berjaga
….
“Bagaimana,
Di?” tanya Hendra pada Aldi, yang sebelum telah masuk dan melihat keadaan kamar Apartement dimana Rosa
tadi terlihat di tarik masuk
kedalam.
Aldi
mengelengkan kepala,”Kosong! gak ada apa-apanya dikamar itu” Lalu Aldi
menghampiri istrinya yang terlihat shock karena kejadian yang tiba-tiba itu.
“Ibu
kelihatannya masih trauma, Pak.” ucap Siti saat Aldi berjongkok didekatnya, di
depan Renata yang tengah duduk di kursi. Pandangan mata Renata terlihat kosong. Renata memegang kuat-kuat selimut yang
membungkus sebagian tubuhnya.
“Iya, gak
apa-apa. Makasih, siti. Tolong buatkan saya kopi” ucap Aldi kemudian. Siti
mengangguk dan langsung beranjak menuju dapur.
“Sayang.. ini
aku, Aldi, suamimu…” ucap Aldi pelan sambil menatap lekat-lekat wajah istrinya.
Tapi Renata hanya diam, dengan pandangan kosong menatap lantai.
“Ini, tuan..” Siti menyerahkan gelas kopi yang baru dia buat. Lalu Siti
kembali berjongkok di sisi majikan perempuannya.
“Kamu yakin dengan
apa yang kamu lihat tadi, Sit?” tanya Aldi kepada Siti.
“Yakin, tuan..
Neng Rosa tadi lari-lari di sepanjang koridor. Trus tiba-tiba ada tangan yang
besar dari Apartement itu, langsung narik tubuh Neng Rosa masuk kedalam, tuan”
jawab Siti menjelaskan panjang lebar dengan penuh semangat.
“Tapi
Apartement itu kosong, Sit. Saya sudah cek tadi, dengan Security dan Pengurus gedung”
“Hah?! Yang
bener, Pak?! Trus tadi siapa dong yang culik Neng Rosa?!”
“Saya juga
tidak tahu, Sit. Kamar Apartement itu memang kosong dari awal. Jadi ga mungkin
ada orang disana”
“Hiiii.. kok
Siti jadi takut ya, Pak”
….
Semenjak
kejadian itu, jejak Rosa hilang sama sekali. Meski polisi sudah turun tangan, namun tidak juga ditemukan sedikitpun tanda-tanda keberadaan Rosa. Sementara Renata masih dalam
keadaan shock berat. Dia sama sekali tidak bisa berkomunikasi dengan siapapun,
tidak juga Aldi suaminya sendiri. Dirinya kini seolah berubah menjadi sosok
perempuan yang pernah ia temui di dalam Lift itu. Untung ada Siti yang masih bisa
mengurus majikannya itu.
Tidak jarang, Renata di temukan tengah berdiri di depan
pintu kamar Apartement misterius itu. Mengelus-elus papan pintu itu,
memanggil-manggil Rosa berkali-kali. “Rosa.. Ini Mama datang, Nak. Kamu
dimana?” ucapnya selalu selama berada di depan pintu itu. Semua membuat Aldi
pusing sendiri. Dia tidak tahu apa yang harus ia lakukan untuk istrinya dan
juga Rosa, anaknya yang hilang.
Sampai saat, atas saran seorang teman. Aldi menemui
seorang Kyai yang terkenal dan biasa berhubungan dengan hal-hal ghaib seperti
ini. bukan sembarang orang, dan bukan juga orang yang pamrih ketika
menolongorang lain. Kyai itu selalu memilih siapa yang hendak ia tolong. Dan
keberuntungan berpihak pada Aldi, karena Kyai itu mau menolongnya.
“Hmmm… Apartement yang kamu tinggali itu berdiri di atas
tanah bekas pemakaman umum,” ucap Kyai itu sambil memejamkan matanya. Sedangkan
tangannya terus memutar tasbih.
“Trus apa yang harus saya lakukan, Pak Kyai?” tanya Aldi
penasaran.
“Mereka membangun Apartement itu, tapi tidak memindahkan
seluruh makam yang ada. Ada beberapa makam yang tertinggal, terpendam dan
tertimbun beton dari bangunan. Dan sekarang mereka menghuni kamar-kamar kosong
yang ada. Dan kebetulan, roh itu sangat jahat” ujar Kyai itu.
Akhirnya setelah menemui Kyai itu dan menerima air putih
dari Kyai tersebut, Aldi bergegas pulang menemui istrinya.
“Kasih air ini untuk di minum sama Ibu, Sit,” ucap Aldi
pada Siti sesampainya dirumah. Dan setelah Renata meminum air itu, ia pun langsung
tertidur.
Malam harinya, ketika semua orang tertidur. Sayup-sayup, dalam keadaan tidur,
Renata mendengar suara Rosa memanggil namanya.
“Maah.. Mamaahh.. tolongin Ocha, Maah..”
Antara sadar dan tidak sadar, Renata bangkit dari
tidurnya. Mencoba mencari asal suara itu.
“Maah..Mamaah.. Ocha disini, Maahh.. “
Renata melangkah perlahan mencari asal suara yang ia
yakini itu adalah suara Rosa anak kesayangannya. Lalu melangkah keluar, melihat
sekeliling koridor. Sepi.
“Maah, sini, Maah.. tolongin Ocha, Maah” kembali suara
itu terdengar. Langkah kaki Renata mulai berjalan mendekati pintu kamar
Apartement misterius, dimana dulu ia melihat anaknya di tarik masuk oleh
seseorang. Lalu Renata berdiri di depan pintu itu. Lalu mendekatkan telinganya
pada pintu. Sepi. Suara itu tiba-tiba menghilang. Renata menjauhkan kepalany
dari pintu itu, dan berniat mendorongnya. Tapi tiba-tiba…
Suara tertawa bocah terdengar oleh Renata, seiring
kelebatan bayang melintas dari sisi sebelah kanan. Renata menoleh, dan melihat bayang
anaknya yang berlari masuk kedalam Lift. Dengan segera Renata berlari mendekati Lift itu, sambil
berteriak memanggil, “Rosa!..Kemana kamu, Nak?! Ini Mama datang, sayang”
Pintu Lift itu tertutup rapat, Renata berdiri
didepannya. Tangannya menekan tombol yang ada di sisi kanan Lift. Tak lama
kemudian Lift itu berhenti,dan pintunya perlahan terbuka. Dan saat pintu itu
benar-benar terbuka..
Betapa terkejutnya Renata melihat sosok perempuan yang
ada didalam Lift! Renata mundur beberapa langkah kebelakang. Sosok perempuan
berjubah putih sampai ke lantai, dengan rambut panjang terurai tak beraturan,
matanya melotot tajam menatap Renata, dengan senyum menyeringai menakutkan. Di tangan kanannya dia tengah
menggendong sebuah boneka kusam yang telah rusak. Sementara di tangannya
kirinya, ia tengah menggandeng Rosa, Anaknya!!
Perempuan itu menoleh kearah Rosa, dan Rosapun memandang
tanpa takut kearah perempuan itu. lalu perempuan itu kembali menatap Renata
dengan tatapan yang sama menakutkan. Tangan kirinya kemudian bergerak maju
kedepan, seolah memerinahkan Rosa untuk menghampiri Mamanya.
Rosapun melangkah pelan mendekati Mamanya, dan saat
tepat berada di depan pintu Lift. Rosa menoleh kearah perempuan itu lagi.
Melambaikan tangan kepadanya. “Dadaaahh.. tante.. makasih, yah” ucap bocah itu
lugu.
Renata segera berhambur meraih tubuh anaknya, dan
langsung menggendongnya. Lalu mundur kembali menjauh dari Lift itu..
“Jaagaa baiik-baiik anaakmuu ituu..” ucap perempuan itu dengan suara
datar yang membuat merinding bulu kuduk. Renata diam terpaku dalam ketakutan
yag luar biasa. “Jaangaann kaauu tiinggaall laagii anaakmuu ituu… aakuu haanyaa
memiinnjaammnyaa sebeenntarr”
Dan tiba-tiba, entah darimana datangnya. Kyai dan Aldi
telah berada di samping Renata. Aldi sempat terperanjat saat melihat sosok
perempuan itu, “Masa Allah!!” dan langsung menghampiri Renata dan juga Rosa.
“Pulanglah kamu sekarang. Akan aku urus semuanya..” ucap
Pak Kyai kemudian. Setelah itu, sosok perempuan itupun segera menghilang.
“Dadaaah…tante…” ucap Rosa kemudian melambaikan tangannya
lagi.
……………………………………………..