Waaah, ketawanya malah makin keras. Semakin lucu, yah, ucapan saya ini? Saya serius, kawan. Dua-rius malah. Kok malah diketawain? Apa memang anda masih tidak percaya pada kata-kata saya tadi? Saya memang bukan peramal, saya akui itu. Ya, sudah, akan saya rubah lagi kata-katanya, “Anda besok akan benar-benar mati. Dan hal itu pasti akan terjadi!” Bagaimana?
Lho kok malah menatap begitu? Jawab doong.. akh, masih tidak percaya juga ternyata. Baik..baik, tidak apa-apa. Wajar-wajar saja. Tapi bagaimana kalau saya bisa membuktikan dan bisa membuat semua itu terjadi. Bahwa besok anda akan benar-benar mati?! Bagaimana?
Lho kok, malah bertanya bagaimana caranya. Mudah saja. Saya akan menyewa seorang preman untuk melakukan pembunuhan terhadap anda. Bagaimana? Sehingga apa yang saya katakan tadi akan benar-benar terjadi pada diri anda. Dan besok anda mati! Mati dibunuh oleh para preman suruhan saya. Bagaimana?...
Lho..lho..kok jadi marah-marah. Saudara jangan begitu, dong! Tadi saudara bilang bahwa saudara tidak percaya akan ucapan saya. Dan saya kemudian mencoba membuktikan bahwa apa yang saya ucapkan, adalah hal yang pasti akan terjadi. Kok, saudara jadi marah-marah begini sekarang?!
Eit! Eit! Jangan main kasar begini, dong. Tolong lepaskan tangan anda dari kerah baju saya. Kita bicara disini dengan santai dan baik-baik, kawan. Jadi jangan emosi begitu. Tadi anda saja menertawakan saya. Tapi saya tidak marah. Kok, malah sekarang anda yang marah-marah begini? Padahal apa yang saya ucapkan tidak merendahkan dan mengejek diri anda.
Naah..gitu, dong. Tenang sedikit. Tidak perlu pakai emosi.
Oke, akan saya ulang ucapan saya,”Besok. Besok pagi anda akan mati!”
Lho kok, sekarang anda diam? Tadi anda tertawa. Tapi kenapa sekarang jadi diam begini? Masih marah sama saya, yah?
o-oh, anda sekarang menganggap ucapan saya ini tidak bermutu. Tidak penting. Tidak perlu dijawab atau didengar? Jangan begitu, doong. Saya bicara serius disini. Tolonglah hargai apa yang saya katakan kepada anda. O-oh, anda masih marah juga ternyata.
Begini, kawan. Tidak usah ngambek begitu. Saya bicara apa adanya aja. Tidak ada satu manusiapun di dunia ini mengetahui dengan pasti kapan mereka akan mati. Meskipun dia adalah seorang peramal sekalipun. Bukan begitu, saudaraku? Ah, anda diam. Berarti anda setuju dengan apa yang saya katakan. Saya suka kalo anda sudah bisa sepaham dengan saya. Baik. Baik..
Jadi pertanyaannya, seperti awal saya katakan, “Anda akan mati besok?!” Bagaimana perasaan anda? Ah, anda diam lagi. Sepertinya anda sudah mulai bisa menyimak dan mengerti apa yang saya katakan. Bagus. Bagus.
Jadi bagaimana, saudaraku? Bagaimana jika besok pagi takdir anda adalah sebuah kematian yang tiba-tiba? Apakah anda siap? Hehehe..saya mengerti dan memaklumi kalau anda tidak siap. Tapi itulah yang membuat saya merasa aneh pada diri anda. Bukankah anda mengetahui bahwa anda dan seluruh manusia di dunia ini, tak ada yang mengetahui kapan kematian mereka itu akan tiba. Benar khan? Tapi kenapa juga anda bisa tidak mengetahui apa yang akan anda lakukan, apabila hal itu terjadi pada diri anda?
Huahaha!..tidak-tidak. Maaf kalo anda merasa tersinggung. Saya tidak menganggap diri anda bodoh dan saya juga tidak bermaksud untuk menggurui anda, kok. Saya sama seperti anda juga, Saudaraku. Saya juga tidak tahu kapan saya akan mati. Dan saya juga merasa belum mempersiapkan apapun untuk kehidupan saya kelak. Di kehidupan itu. Kehidupan setelah kematian. hahaha!…
Saya tidak bermaksud untuk merendahkan anda. Sungguh! Saya hanya pengembara, Saudaraku. Dan Anda sudah begitu baik mau menerima saya untuk sekedar melepas lelah di gardu ini. Dan untuk itu, saya sangat berterima kasih. Masa sudah jadi tamu yang dilayani dengan segelas kopi hangat, pisang goreng dan singkong yang enak. Saya malah menghina diri anda. Tidak..tidak, saudaraku. Bukan begitu maksud saya.
Ini hanya sekedar obrolan santai kita saja hari ini. Bagaimana? Sudah tidak marah lagi, khan?. Hehehe..terima kasih atas pengertian anda.
Apa? Ooo..ya..ya, saya paham maksud anda. Memang kadang aneh, jika kita membicarakan tentang kematian itu. Suatu hal yang ghaib menurut saya. Anda dan saya sama-sama tidak mengetahui bagaimana rasanya hidup di kehidupan yang lain itu. Saya mengerti maksud anda.
Memang menakutkan kadang-kadang. Jika kita tidak mengetahui sesuatu hal yang seharusnya kita tahu. Membayangkannya saja sulit?! Ternyata pemikiran anda hebat juga, Saudaraku. Anda ternyata bukan hanya seseorang yang menghabiskan banyak waktu dengan bersenang-senang semata di pos ini, yah. Anda ternyata punya wawasan yang luas. Bagus..bagus..saya salut dengan anda.
Huahaha…! Bangga sekali anda ternyata dengan diri anda yah. Hahaha.. anda orangnya pede sekali ternyata. Saya suka itu! Baik..Baik.. Jadi bagaimana selanjutnya? O-oh, ya..ya.. saya ingat, mari kita lanjutkan. Ya, seperti saya bilang tadi. Saya, anda dan hampir semua manusia itu mengetahui, bahwa kita tidak akan pernah tahu kapan kematian itu akan datang. Bukan begitu? Oke anda setuju!
Dan benar, bahwa bisa saja apa yang saya katakan tadi. Bahwa anda akan mati besok, bisa benar-benar terjadi. Betul?! Huahaha..Anda jadi ketakutan seperti ini, sih?! Hahaha!!..maaf..maaf, bukan maksud saya menakuti anda. Ini hanya permainan logika saja, kok. Khan tadi kita sepakat bahwa saya, anda dan semua orang ini tidak ada yang bisa mengetahui kapan kematian itu akan datang untuk kita. Betul tidak?.
Nah! Jadi ucapan saya awal-awal tadi bisa saja terjadi toh?! Jadi omongan saya yang awal-awal tadi, bukan omong kosong, khan?! Hehehe..saya senang kalau anda bisa memahaminya sekarang. Bagus..bagus..
Itulah kenapa saya bisa begitu yakin mengatakan bahwa anda akan mati besok! Dan apakah anda masih menganggap ucapan saya omong kosong sekarang? Hahaha.. Bagus. Bagus. anda sudah paham sekali sekarang.
Ya, begitulah, Saudara. Bisa jadi saat anda nanti pulang ke rumah dan tidur. Tiba-tiba saja datang Malaikat maut untuk menjemput anda. Dan besok pagi, anda benar-benar mati. hayooo.. gimana coba?!
Lho..lho.. Kok, jadi ketakutan begitu. Tenang, saudaraku.Tadi anda menertawakan saya, karena menganggap omongan saya basi. Trus anda marah, trus sekarang anda malah jadi ketakutan begitu sih? Jangan begitu, Saudaraku. Santai aja. Kita hanya berbicara omong kosong yang tidak kosong sekarang ini..
Apa?! Ganti topik?! Lho.kok? Malah ganti topik pembicaraan sih?! Khan obrolan kita tentang kematian belum selesai. Anda belum saya ceritakan tentang alasan mengapa saya suka sekali mengembara, bagaimana sih?
Ah, terima kasih kalau begitu. Maaf, kalo saya jadi sedikit memaksa. Anda tidak keberatan kalau kita lanjutkan obrolan kita? Oke..oke makasih atas pengertiannya.
Baiklah, saya akan ceritakan kepada anda, mengenai alasan mengapa saya mau jadi seorang pengembara yang setiap saat selalu berpindah-pindah. Terus terang saja,. saya ini seorang pecinta kematian?! Hehehe.. anda bingung? Hahaha.. Tidak apa-apa. Santai saja.
Ya, saya memang orang yang sangat menyukai akan kematian. Saya pengagum berat dengan yang namanya kematian. Mau tahu kenapa saya bisa begitu menyukai kematian? Baik. Itu karena kematian adalah sesuatu hal yang paling indah dalam kehidupan ini. Lho kok, tambah bingung. Ini saya berkata benar, Saudara.
Kematian itu adalah sesuatu hal yang sangat fenomenal. Yang sampai saat ini, belum pernah bisa dipecahkan misterinya oleh seluruh umat manusia di muka bumi ini. Sesuatu yang besar, namun selalu dianggap kecil oleh kita semua. Sesuatu yang benar namun kita tidak mempercayainya. Seperti anda tadi. Ya, anda! Bukankah anda tadi tidak percaya dengan apa yang saya ucapkan bahwa anda besok akan mati?! Dan tiba-tiba setelah saya coba menjelaskan kepada anda, anda kemudian berubah pikiran dan malah jadi takut?
Bukankan kematian itu indah, Sobat. Karena kematian itu adalah sebuah misteri, dan saya suka sekali hal-hal yang berbau misteri. Oleh sebab itu semenjak remaja saya selalu mencoba mencari tahu bentuk dari kematian itu. Dan akhirnya saya malah jadi sangat menyukai kematian itu, lebih! Meskipun misterinya tetap akan menjadi misteri bagi saya.
Itulah sebabnya dahulu saya suka sekali membuat ekspreimen dengan memotong seekor ayam. Hanya untuk melihat bagaimana sebenarnya kematian itu dirasakan oleh seekor ayam. Anda tahu? Ternyata kematian itu menyakitkan, Saudaraku. Percayalah. Itu sebab ayam ketika dipotong selalu menggelepar-gelepar kesakitan sebelum akhirnya dia tidak bergerak lagi…Mati! Diam. Kaku. Kematian itu me-nya-kit-kan!
Lalu saya coba lagi dengan hewan-hewan lain, burung, kucing, kambing, kerbau dan sapi. Ternyata binatang pun sangat mengetahui bahwa kematian itu menyakitkan. Rata-rata respon yang saya lihat dari hewan yang saya sembelih, menunjukan hal itu. Mereka pun begitu menyukai dunia ini, sebagaimana kita, manusia. Anda pernah lihat seekor kambing menangis? Akh, sayang kalo belum. Hewan pun menangis saat mereka tahu bahwa ajal mereka sudah dekat. Benar, Saudaraku! Saya saksikan sendiri kejadiannya. Seekor kambing yang menangis dan menjerit-jerit. Embeeekk!.. Embeekkk!!… Seolah mengiba kepada saya untuk dibebaskan. Dahsyat saudaraku! Sungguh suatu pemandangan yang menakjubkan buat saya.
Dan semenjak saat itu. Keingintahuan saya bertambah. Saya mulai mengamati bagaimana kalau hal itu terjadi pada manusia. Makanya, saya sekarang ini mengembara. Saya ingin menyaksikan detik-detik kematian manusia itu seperti apa? Apa yang dirasakan oleh kita semua, saat ajal itu datang menjemput? Saya pernah, lho, dengan tidak sengaja melihat seorang pengendara motor ditabrak sebuah truk besar. Tapi truknya kabur waktu itu.
Iya, benar. Saya menyaksikan dengan mata kepala saya sendiri. Saat tubuh sang pengendara motor itu terpental jauh berguling-guling sampai ke sisi jalan. Adegan yang luar biasa. Seperti dalam film. Lho?! saya tidak mengada-ada, Saudaraku. Ini benar.
Dan saat itu saya langsung berlari menghampiri pengendara motor yang tergeletak di sisi jalan. Dengan posisi telentang tak karuan. Darah mengalir dari batok kepalanya, sampai menutupi sebagian wajahnya. Saya terkesima melihat pemandangan itu. Saya hanya diam menatap sang pengendara yang tergeletak itu. Anda tahu apa yang membuat saya tiba-tiba diam seperti itu? Saat itu saya melihat satu hal yang menakjubkan, Saudarku. Ya, satu hal yang selama ini ingin saya ketahui. Anda tahu apa itu?
Baiklah. Jadi saat itu saya melihat bagaimana sang pengendara motor itu dengan nafas yang megap-megap, seperti orang yang tenggelam di dalam kolam. Tangannya mencoba menggapai-gapai kaki saya. Seolah meminta kepada saya untuk segera ditolong. Tapi saat itu saya diam. Karena saya terkesima melihat pemandangan itu. anda tahu apa yang terjadi kemudian?
Saya mendapati kebenaran yang sama tentang kematian saat itu. Anda masih ingat tentang ayam yang saya sembelih tadi? Bagus. Jadi saya melihat bagaimana kematian manusia itu terjadi pada waktu itu. Tubuh pengendara motor itu tiba-tiba seperti meronta-ronta, seketika kejang-kejang dengan darah yang dimuntahkan dari mulutnya. Dan seketika dia seperti orang yang kelojotan, menggelepar! Tubuh meregang hebat. Dan suara terakhir yang saya dengar dari mulutnya adalah Hekh! Hekh.. Seperti terinjak ribuan tronton dengan muatan penuh. Hegh! Lalu berhenti. Mati!
Benar, Saudaraku! Ini benar-benar saya alami sendiri. Bagaimana saya bisa melihat sebuah kematian yang ternyata lebih menakjubkan dari kematian seekor binatang. Kematian manusia itu luar biasa sakitnya. Sa-kit! Sepertinya begitu menyakitkan, seperti yang saya lihat saat itu.
Lho kok? Anda bilang saya sadis sekarang. Jangan begitu, Saudaraku. Itu hanya karena rasa keingin tahuan saya saja, kenapa saya saat itu tidak berbuat apa-apa. E-eh, kok malah jadi menuduh saya tidak waras. Gila?! Jangan dong... Kita sedang berbagi cerita apa adanya. Kenapa anda jadi sewot begitu?
Saya cerita apa adanya. Saya ini pencinta kematian. Saya pengagum kematian. Dan mungkin karena itu saya tidak melakukan apa-apa untuk menolong sang pengendara motor itu. Karena saya sangat ingin melihat bagaimana rasanya kematian itu dirasakan oleh kita sebagai manusia. Dan ternyata luar biasa. Dan saya semakin menyukainya. Saya suka! Huahaha…! Dahsyat, saudaraku! Benar-benar dahsyat! Kematian itu memang indah untuk dilihat dan dinikmati.
E-eh, mau kemana? Sabarlah sebentar. Jangan kemana-kemana dulu. Cerita saya belum selesai. Ah, ternyata anda memang orangnya gampang emosi. Suka menuduh sembarang. Tidak menghormati tamu ternyata. Masa saya dibilang tidak waras terus, dibilang gila. Jangan begitu dong, Saudaraku.
Lho kok anda jadi sewot begitu?! Anda mau pergi?! E-eh, mau kemana, sih, buru-buru? Saya masih belum selesai bercerita tentang pengalaman saya mengembara, khan? Jadi.. Diam disitu!!
Anda lihat belati yang sekarang menempel di leher saudara ini? Anda bisa merasakan bagaimana tajamnya belati ini? Ya..ya, ini karena saya rajin mengasahnya setiap saat. Belati ini juga yang saya pakai untuk menyembelih ayam dan binatang-binatang eksperimen saya itu. Dan anda tahu? Semenjak saya menyaksikan betapa kematian manusia itu begitu hebat dan luarbiasa. Sejak saat itu, saya malah jadi sangat suka sekali melihat kematian yang dialami manusia.
Lho kok, anda sekarang jadi gemetaran begitu? Tenang saja. Tadi anda selalu saja emosi. Saya suruh tenang? Anda ngotot. Kok, sekarang malah gemetaran begitu seperti anak kecil yang baru saja kena marah bapaknya?
Tahu tidak, Saudaraku? Pemandangan yang seperti anda inilah, yang saya sukai dari kematian seorang manusia. Gemetar, panas dingin, ketakutan, sampai kadang terkencing-kencing. Mata melotot menahan geram tapi tak berdaya. Karena belati saya yang tajam, menempel di leher para korban saya. Bergerak sedikit saja, mereka bisa mati lebih dulu dari yang saya rencanakan. Seperti anda sekarang. Bergerak gegabah sedikit saja. Anda akhirnya akan sampai pada kebenaran ucapan saya awal-awal tadi, bahwa anda akan mati hari ini.
Oh-oh-oh.. anda mengiba-mengiba untuk diampuni? Lho kok, minta ampun sama saya? Saya khan bukan tuhan, Saudaraku. Bagaimana sih anda ini?!
Lha..lha…sekarang anda malah menangis. Tidak malu apa?! Tadi anda menertawakan saya, anda melecehkan saya, menganggap ucapan saya basi, tidak bermutu, tidak penting. Dan kemudian anda marah-marah, trus anda mulai mengerti, trus anda ketakutan, trus anda mengata-ngatai saya sebagai orang yang tidak waras, orang gila. Trus anda memohon-mohon seolah saya ini tuhan. Trus sekarang malah menangis. Wah..wah..anda sungguh menyedihkan, Saudaraku.
Ya, sudah biar cepat, dan kebetulan hari sudah mulai pagi. Kita percepat saat proses kematian anda, yach?! Saya sudah tidak sabar ingin sekali menyaksikan kematian itu lagi sekarang. E-eeh, diam!! Tidak bisa tenang sedikit apa?!! Aah, bagus tenang begitu. Oooh, darah itu baru saja mengalir dari leher anda, Saudaraku.
Bagaimana rasanya? Apa?! Suara anda tidak jelas, Saudaraku.
Ya..ya saya tahu kalau anda sekarang percaya omongan saya. Toh, memang benar khan? Kematian dalam hitungan detik akan terjadi pada diri anda. Aah, saya suka ekspresi anda. Saya suka! Kematian memang indah. Sungguh indah! Huahahaha…..!!
Kau tahu, saudaraku? Anda adalah korban saya yang ke 109. Yang memiliki kematian yang terhebat! Saya suka anda! Hahaha…! Selamat menikmati kematian, Saudaraku. Sakit bukan?! Apa saya bilang.
0 comments:
Posting Komentar
Komentar anda disini