Kiplik kebingungan melihat Ijah menangis. Dia begitu merasa bersalah atas apa
yang telah mereka lakukan. Perzinahan ini seharusnya tidak terjadi. Kiplik
khilaf.
“Maaf..Maafkan aku, sayang. Aku khilaf!” ucap Kiplik
mencoba menenangkan Ijah yang menangis sesegukan.
“Maaf, bagaimana? Aku sekarang sudah tidak perawan lagi,
Mas!” jawab Ijah sambil sesegukan.
“I-iya aku tahu, sayang. Aku akan bertanggung jawab kok.
Tenang, yah” Kiplik terus berusaha membuat Ijah agar berhenti menangis. Biar bagaimanapun juga, dia tidak
ingin suara gaduh dari kamarnya terdengar oleh orang lain.
“Aku kan sudah bilang sama kamu tadi. Jangan, Mas, Jangan! Tapi kamunya
maksa terus!” Ijah kembali histeris dalam tangisnya. Membuat Kiplik semakin
kebingungan. Setelah sekian lama mereka pacaran. Memang ini pertama kalinya
mereka melakukan yang lebih dari sekedar saling meraba dan cium. Sex pertama,
kenikmatan pertama sebelum waktunya.
“Maaf, aku kan sudah minta maaf sama kamu, sayang”
“Trus, aku gimana?! Iya kalo kamu mau tanggung jawab.
Kalo enggak?!”
Kiplik sudah tidak tahu harus berbicara apa lagi. Dia
hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya. Dia sandarkan tubuhnya, memandang
punggung Ijah yang tengah menangis. Tapi entah kenapa, saat melihat punggung
Ijah yang masih telanjang polos, dari jarak pandang di mana Kiplik bisa melihat
secara keseluruhan tubuh belakang Ijah. Hasratnya kembali bangkit, apalagi
Kiplik belum terlalu lupa bagaimana sensasi kenikmatan yang dia rasakan tadi.
Dengan perlahan-lahan Kiplik mendekati diri Ijah. Dibelainya lembut rambut kekasihnya
itu. Ijah masih sesegukan. Lalu Kiplik makin berani, dia kecupnya bahu Ijah
dengan lembut. Seketika tubuh Ijah menggelinjang. Dan tangan Kiplik menelusuri
punggung Ijah dengan sentuhan yang halus. Kembali Ijah menggelinjang
merasakan sensasi rasa, yang belum dia lupa juga.
“Jah…” sapa Kiplik lembut. Sejenak Ijah menoleh ke arah
Kiplik dengan tatapan sendu. Suara isaknya sedikit mereda. Mata mereka saling
beradu. Tangan Kiplik dengan lembut menyentuh sisi wajah Ijah, Lalu jari
tangannya mulai mengelus mesra pipi dan wajah Ijah. Suasana hening sesaat.
Hanya tatap mata mereka yang mulai berubah. Ada hasrat yang membuat tatapan
mereka berdua berubah sendu. Kiplik menyorongkan wajahnya mendekati wajah Ijah.
Lalu Bibir mereka bertemu. Awalnya hanya kecupan kecil yang dilepaskan. Dan seiring
gemuruh hasrat dalam dada mereka. bibir itu mulai saling melumat. Dengus nafas
terdengar semakin berat. Perlahan-lahan, Kiplik rebahkan tubuh Ijah kembali
diatas ranjang. Kenikmatan kedua akan segera mereka rasakan….
…
Semenjak hari itu, Kiplik dan Ijah tetap melakukan
perbuatan yang tidak seharusnya mereka lakukan. Dan tidak lagi terdengar isak
tangis penyesalan dari diri Ijah. Selain desahan dan lenguhan panjang ketika
sampai pada puncak kenikmatan. Setiap saat, disaat hasrat tak tertahan dan keadaan
memungkinkan bagi mereka, maka mereka melakukannya. Jika keadaan tak mungkin
sekalipun, mereka usahakan untuk menjadi mungkin.
Rasa cinta seketika ternodai oleh nafsu semata.
Rindu-rindu pertemuan dua hati tidaklah lagi sama seperti dulu. Semua lebih
pada pemenuhan keinginan untuk mengulang kenikmatan yang sama. Hatipun
berangsur-angsur berubah keras bagai batu. Seolah tak lagi perduli dengan semua
orang, dosa atau resiko yang akan mereka hadapi kemudian. Mereka buta untuk
bisa berfikir dan merasa takut.
Hal berbeda pun terjadi pada diri Ijah. Dia yang saat
pertama menangis tersedu-sedu, penuh ketakutan, penyesalan dan juga marah.
Namun setiap saat, kini, Ijahlah yang semakin hari semakin sering meminta
kepada Kiplik untuk bisa merasakan kembali kenikmatan itu. Awalnya, sebagai
seorang lelaki sudah jelas Kiplik senang mendapati diri Ijah yang demikian.
Tapi lama kelamaan Kiplik mulai merasa jengah juga. Karena Ijah tidak bisa
mengerti keadaan dirinya yang kadang lelah dia rasa. Ijah kadang marah dan
mulai suka memaki apabila Kiplik menolak untuk bertemu dan melakukan perbuatan
itu lagi. Hingga pertengkaran kerap terjadi diantara mereka sekarang.
Hal lain pun terjadi pada kehidupan keluarga Kiplik.
Belakangan usaha yang dilmiliki oleh Emak dan Bapak selalu tidak membuahkan
hasil. Warung yang mereka punya, mendadak menjadi sepi pelanggan dan mulai rugi
terus. Bahkan belum lama ini, semua peralatan untuk warung mereka habis
terlalap api. Dan ketika mereka mulai merintis lagi, musibah kembali terjadi.
Dimana semua peralatan warung mereka hancur dan hilang digondol maling.
Belum lagi, Bapak yang tiba-tiba jatuh sakit karena
shock dan harus dirawat di rumah sakit. Semua hal itu secara beruntun terjadi
dalam keluarga Kiplik. Dan sebagai anak tertua, Kiplik berusaha keras untuk
bisa membantu kedua orang tuanya. Namun tetaplah sama. Tidak terlalu banyak hal
yang berubah. Semakin hari, isi rumah semakin kosong karena berulang kali
dijual untuk modal usaha dan juga biaya berobat selama Bapak dirawat.
Disaat-saat sulit yang tengah menimpa kehidupan Kiplik dan keluarganya, sosok
Ijah yang dia cintai tidak bisa menjadi seorang penolong yang mampu memberi
sedikit ketenangan dalam hati Kiplik. Seperti yang diharapkan Kiplik.
Perangainya berubah total, jauh dari bisa memahami dan mengerti apa yang
terjadi. Hal itu membuat Kiplik marah besar kepada Ijah. Pertengkaran demi
pertengkaran terus menghiasi hubungan percintaan mereka.
“Tolong ngertiin keadaan aku dong! Jangan egois begitu,
Jah!” maki Kiplik kepada Ijah ditelfon.
“Aku udah ngertiin kamu, kok. Dan aku cuma minta sedikit
perhatian dari kamu. Apa salah?!” Ijah membela diri.
“Iya, tapi kamu mesti tahu kalo sekarang aku sedang
fokus membantu kedua orang tuaku, Jah!”
“Trus aku dibiarkan begitu saja. Begitu, maksudnya?”
Perbincangan yang selalu saja berakhir dengan perdebatan
panjang tak berkesudahan terjadi. Disaat Kiplik begitu berharap dirinya akan
mendapat dukungan dari orang yang dia cintai. Tapi semua itu tidak pernah dia
dapatkan. Selain pertengkaran panjang, saling ngotot tak mau mengalah.
Selintas Kiplik sempat berfikir untuk memutuskan
hubungannya dengan Ijah. Namun, rasa bersalah senantiasa menghantui dirinya.
Jika mengingat bahwa dirinyalah yang pertama merenggut kesucian Ijah. Kiplik
tidak ingin dirinya menjadi seorang laki-laki yang di anggap bejat atau
bajingan ataupun pengecut. Dia takut, hal buruk akan menimpa adik-adik perempuannya
kelak. Takut akan hukum karma yang mungkin terjadi pada mereka.
Perzinahan masih saja mereka lakukan sesekali. Meskipun
Kiplik ingin menghentikan ini semua. Karena selintas dia sempat mendengar ucapan seseorang
yang mengatakan,”Kalau ada dalam suatu lingkungan melakukan perzinahan.
Biasanya kesialan senantiasa menimpa orang-orang yang ada disekitarnya.” Hal
itu terus menerus terngiang di telinga kiplik. Membuat Kiplik merasa bersalah
atas semua musibah dan kesusahan yang mendera keluarganya. Semua mungkin karena
ulahnya. Tapi apa daya, dorongan keinginan untuk melakukan kembali perzinahan
itu, tidak dapat ia kalahkan. Apalagi, ijah senantiasa menuntut untuk selalu
dipenuhi hasratnya.
Kiplik semakin limbung dan tak tahu apa yang harus
dilakukan. Setiap saat melihat Bapak yang terbaring lemah dirumah sakit dan juga
Emak yang terlihat begitu letih. Dalam hatinya menjerit, menangis melihat semua
penderitaan yang di alami kedua orang tuanya. Semua karena dirinya yang telah
berani melakukan perzinahan dengan Ijah.
“Maafkan aku, Mak, Pak” hanya itu yang bisa Kiplik
ucapkan, sekedar melepas sesak yang dia rasa atas ketidak berdayaan dirinya.
….
Sudah hampir sebulan lebih, ada hal baru yang terjadi
lagi pada diri Ijah. Perubahan drastis mulai dirasakan Kiplik. Tak pernah dia
dengar lagi Ijah yang merengek kepadanya untuk diperhatikan, atau meminta
jatah. Tak pernah lagi ada pertengkaran mereka sebagaimana biasa. Ijah seolah
hilang ditelan Bumi. Tak ada khabar berita. Bahkan saat Kiplik mencoba
menghubunginya, selalu saja tak ada jawaban. Jika seandainya mereka bisa berbincang
ditelfon pun, kesan didapat Kiplik. Tidak ada lagi antusiasme dari Ijah seperti
dulu, setiap saat dirinya menelfon.
Pertemuan mereka pun berada dalam suasana yang lebih
banyak diam. Ijah sibuk dengan dirinya sendiri, memainkan Handphone atau asik
menonton tayangan televisi. Bahkan setiap saat Kiplik mulai melihat kebosanan
dan rasa malas dari raut wajah Ijah, setiap kali mereka bertemu. Sudah
hilangkah rasa Cinta itu? Kiplik tak mengetahui pasti apa yang terjadi. Dia
mengakui bahwasannya dirinya memang belakangan ini kurang perhatian kepada
Ijah.
“Kamu marah sama aku, Jah?” tanya Kiplik suatu kali.
“Ah, enggak. Biasa aja” jawab Ijah acuh, masih sibuk
memainkan kuku dijari kakinya.
“Hmm, kok kamu sekarang beda, yah?” tanya Kiplik lagi.
“Apa sih? Perasaan kamu aja kaleee…” jawab Ijah asal.
Dengan begini, Kiplik bisa merasakan perubahan pada diri
Ijah. Bahkan saat dirinya mencoba memeluk dan mengecup pipi Ijah. Tiba-tiba
saja Ijah membentak marah kepada dirinya. Menepiskan rengkuhan tangan Kiplik
dari tubuhnya. Lalu pergi meninggalkan Kiplik sendirian di ruang tamu. Ah,pasti
ada sesuatu?!, pikir kiplik kala itu. Tanpa jelas apa sebabnya.
….
Selesai sudah semua. Kini semua telah menjadi jelas bagi
Kiplik. Kecurigaannya telah terbukti. Meskipun rasa sakit begitu dalam dirasa
dalam hatinya. Atas pengkhianatan yang dilakukan Ijah. Namun, hati Kipilik pun
merasakan kelegaan dan lepas. Dari semua beban perasaan bersalah, yang selama
ini menghantui hidupnya. Atas semua hal yang pernah mereka lakukan dahulu.
Kekhawatiran dirinya akan sosok Ijah pun sirna. Karena Ijah telah menemukan
kebahagiaan baru dengan orang lain.
Seminggu yang lalu, Kiplik baru mengetahui bahwa Ijah
tengah hamil. Namun bukanlah karena perbuatan mereka berdua. Tapi karena orang
lain, yang masuk kedalam kehidupan Ijah. Atas dasar itulah pernikahan Ijah
berlangsung hari ini. Meskipun kecewa dan sakit dirasakan Kiplik , namun
tetaplah dia ikut merasakan kebahagiaan yang tengah dirasakan Ijah dan
keluarganya.
“Maafkan aku, Mas” ucap Ijah saat Kiplik mengucapkan
selamat kepadanya. Kiplik hanya tersenyum, sambil mengucap, “Selamat menempuh
Hidup baru, Jah. Semoga Bahagia selamanya”
Sebelum langkah kakinya pergi meninggalkan pesta itu.
Sekali lagi Kiplik memandang kearah pelaminan. Terlihat olehnya kebahagiaan
yang dirasakan Ijah. Betapa cantiknya Ijah hari ini sosok perempuan yang begitu
dia cintai. Lalu kiplik membalikan arah tubuhnya dan pergi meninggalkan
kemeriahan pesta.
Kini, semua telah terjawab. Semua semakin jelas dan
lepas. Hanya satu hal yang sebenarnya telah mampu memberikan ketegaran dalam
diri Kiplik saat ini. Setelah Ijah pergi dari kehidupannya, sekarang adalah
saatnya menebus semua kesalahan yang telah dia lakukan. Yang mengakibatkan
keluarganya jatuh dalam kesulitan hidup yang beruntun. Kiplik bertekad untuk
sepenuhnya fokus membantu keluarganya. Membangun kembali kehidupan yang sempat
terhenti akibat dirinya yang telah mengikuti keinginan nafsu semata. Lalu
menjalani pertobatan panjang. Harus!
0 comments:
Posting Komentar
Komentar anda disini